Jurusan Teknik Lingkungan 101

Dianisti Saraswati
9 min readMay 2, 2021

--

Foto seangkatan bersama teman-teman Teknik Lingkungan 2015

Teknik lingkungan menurut saya merupakan jurusan yang belum terlalu hits di kalangan orangtua-orangtua kita. Banyak pasutri di luar sana yang menginginkan anaknya jadi dokter atau masuk STAN, kemudian jadi PNS. Ya kan? Yang nyuruh jadi anak teknik juga banyak sih, tapi pasti bukan teknik lingkungan :D

Beberapa kali saya kenalan sama teman baru, ternyata banyak yang belum tahu bahwa di dunia keterteknikan ini ada jurusan teknik lingkungan. Di antara jurusan teknik yang hits seperti teknik mesin, teknik industri, teknik elektro atau teknik sipil, teknik lingkungan mungkin masih dibilang underrated. Tahukah kalian kalau jurusan teknik lingkungan yang masih bersaudara dengan teknik sipil ini ternyata sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari?

Apa itu jurusan teknik lingkungan?

Teknik lingkungan atau yang selanjutnya saya singkat menjadi TL adalah jurusan yang mempelajari hal-hal yang bertujuan untuk melakukan pencegahan pencemaran dan pengelolaan lingkungan dengan pendekatan teknik atau rekayasa. Saya ulangi ya, pencegahan pencemaran dan pengelolaan lingkungan dengan pendekatan teknik.

Maksudnya bagaimana, tuh? Begini contohnya. Misalnya ada sebuah pabrik batik atau pabrik tekstil yang menghasilkan limbah cair pada proses produksinya. Tentunya limbah tersebut mengandung berbagai pewarna dan zat-zat kimia. Coba bayangkan kalau limbah yang berwarna-warni itu langsung dibuang ke selokan, dari selokan mengalir ke sungai, kemudian air sungai tadi digunakan oleh orang-orang yang tinggal di bantaran untuk mandi dan mencuci, bagaimana jadinya? Belum lagi kalau limbah tadi masuk ke air tanah, lalu air tanahnya kita ambil buat jadi air minum. Ngeri ga sih?

Untuk mencegah pencemaran sungai dari limbah cair yang berbahaya tadi, maka dilakukanlah pengolahan limbah sebelum dibuang ke sungai, sehingga sungai tidak tercemar, dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan aman. Dengan apa pencegahannya? Dengan pendekatan teknik.

Foto di IPAL pas kuliah lapangan

Pendekatan teknik itu macam-macam. Kalau untuk pengolahan limbah cair, maka ada yang disebut teknik filtrasi untuk menyaring kotoran pada limbah. Jika kotorannya terlalu kecil, maka bisa diendapkan dahulu. Jika limbahnya warna-warni, maka akan diberi zat yang dapat menghilangkan warna. Jika limbahnya banyak mengandung bakteri, maka diberi zat antibakteri. Unit-unit dalam instalasi pengolahan limbah akan disesuaikan dengan sumber limbah, karakteristik, serta zat-zat kontaminan apa saja didalamnya yang harus dihilangkan. Dengan demikian, limbah akan aman untuk dibuang ke sungai karena pencemarnya sudah tersisihkan. Nah, teman-teman teknik lingkunganlah yang mendesain alat-alat itu semua. Alat itu tadi namanya IPAL atau instalasi pengolahan air limbah.

Contoh lainnya pada pencemaran udara. Misal ada pabrik gula yang dalam proses produksinya akan mengeluarkan emisi yang mengandung zat-zat berbahaya jika terhirup oleh manusia. Sama seperti pada limbah cair, untuk menghilangkan kontaminan tersebut, dilakukan perancangan alat pengendali pencemaran udara atau yang disebut APC (air pollution control), yang akan ditempatkan di cerobong udara. Dengan melakukan perhitungan tertentu, sedemikian rupa APC disesuaikan dengan jenis dan jumlah zat pencemar yang akan dihilangkan, sehingga gas buangan aman dilepas ke udara bebas.

Kalau tadi contohnya adalah yang di industri, contoh berikut sangat dekat di kehidupan kita, yakni pencemaran tanah atau daratan dari sampah yang tidak terkelola. Di TL, kami juga mempelajari bagaimana pengelolaan sampah yang baik, yang benar, yang paling efektif, bahkan paling ekonomis agar ga menjadi pencemar lingkungan. Begitu.

Apa saja yang dipelajari di TL?

Selain belajar bagaimana mencegah pencemaran air, udara, dan tanah (udah kek avatar aja btw), kami di TL juga mempelajari hal-hal berikut.

  • Bagaimana mengelola persampahan, limbah B3, limbah padat industri dan limbah rumah tangga (tinja, air buangan toilet, air buangan dapur, dsb)
  • Bagaimana mengelola lingkungan agar tidak membahayakan dan menyebabkan penyakit pada manusia.
  • Mempelajari keberlanjutan siklus air agar tetap tersedia di alam, misalnya dari mengelola pemanfaatan sumber air tanah, air hujan, atau pengolahan air sungai.
  • Bagaimana cara penyediaan dan distribusi air minum ke masyarakat dari sumber-sumber air yang sudah disebutkan di atas.
  • Mempelajari hukum lingkungan, undang-undang, regulasi, dan sanksi-sanksi pidana terkait pengelolaan lingkungan.
  • Mempelajari bagaimana menguji kandungan senyawa dalam air, tanah, dan udara.
  • Dan lain-lain. Banyak pokoknya.

Capaian dari pembelajaran tersebut yakni kami diharapkan dapat mendesain metode-metode dan sistem untuk mengatasi pencemaran dan mengelola lingkungan ketika sudah lulus nanti. Misalnya dengan mendesain instalasi pengelolaan air minum, air limbah, sistem pengelolaan sampah, air pollution control, dsb.

Jadi TL akan menggunakan semua pelajaran IPA yang pernah dipelajari di SMA. Fisika, kimia, biologi, semuanya ada. Yang suka matematika, tentu saja di TL juga ada hitung-hitungannya. Ada pelajaran statistika dan pemrograman juga yang digunakan untuk menganalisis data lebih lanjut. Kami juga belajar manajemen, hukum, juga ilmu sosial. Tapi memang menurut saya paling utama yakni fisika dan kimia.

Oh iya, lupa disclaimer. Penjelasan pembelajaran dan contoh-contoh diatas mengacu pada kurikulum jurusan teknik lingkungan di ITB, ya, karena saya mahasiswa ITB. Kebetulan juga TL ITB lebih fokus pada pencemaran oleh industri dan menitikberatkan kemampuan mahasiswanya terhadap perancangan instalasi pengolahan yang contoh-contohnya seperti saya sampaikan tadi. Tapi masing-masing kampus biasanya punya fokus utamanya sendiri-sendiri. Misalnya, TL di Universitas Brawijaya masuknya ke fakultas teknologi pertanian. Jadi sepertinya akan lebih banyak dikaitkan dengan kegiatan pertanian, misalnya pada kegiatan irigasi atau pencegahan pencemaran tanah. Sedangkan TL ITB ada di fakultas teknik sipil dan lingkungan. Serupa dengan teknik sipil, teknik lingkungan juga merancang infrastruktur yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan.

Bagaimana prospek kerjanya?

Karena bidang TL yang sangat luas, prospek kerjanya nanti kalau sudah lulus bisa kemana-mana. Bisa ke perusahaan industri BUMN atau swasta yang berkaitan (misalnya di bagian pengolahan limbah), bisa juga di proyek-proyek lapangan (misalnya di bagian kesehatan dan keselamatan kerja), atau di sektor pemerintahan (seperti Bappenas, Kementerian atau dinas LH, Kementerian atau dinas PUPR, perusahaan daerah seperti PDAM, dll). Banyak juga alumni TL yang melanjutkan karier menjadi aktivis lingkungan dengan bergabung di LSM yang concern ke isu lingkungan, bahkan membentuk komunitasnya sendiri. Menjadi engineer juga tidak menutup kemungkinan untuk berwiraswasta, misalnya dengan mendirikan perusahaan pengelolaan limbah dan sampah. Menjadi konsultan lingkungan, dosen, dan peneliti juga banyak diminati oleh alumni TL, salah satunya saya. Teknik lingkungan menurut saya merupakan jurusan yang prospek kerjanya sangat luas dan terbuka lebar, tinggal disesuaikan saja sama minat dan kemampuan masing-masing.

Mengapa memilih TL?

Ketika saya lulus SMA kemarin, sebenarnya pilihan jurusan teknik lingkungan ini muncul mepet sekali dengan deadline detik-detik terakhir penutupan pendaftaran SNMPTN atau jalur undangan (fyi saya lulus SMA tahun 2015). Dengan mempertimbangkan nilai, saingan, minat, dan kemampuan saya, saya merasa kesempatan saya untuk lolos jalur undangan di jurusan impian saya (dan jurusan impian segala umat, yakni kedokteran umum) sangat kecil. Saya juga ternyata tidak ingin ber-effort lebih besar untuk memperjuangkannya di SBMPTN. Setelah serangkaian diskusi keluarga yang cukup dramatis, saya dan orang tua saya melakukan riset jurusan-jurusan yang prospektif, yang saingannya tidak terlalu banyak, dan yang paling penting, sesuai dengan minat serta menyenangkan bagi saya. Pada akhirnya, muncullah alternatif jurusan teknik lingkungan ITB, bersama dengan beberapa jurusan lain, kalau ga salah ada pertanian, agroteknologi, rekayasa hayati, dan biologi di berbagai universitas. Kami melakukan analisis lebih lanjut dari data nilai dan pilihan jurusan teman-teman se-angkatan saya, serta data nilai dan universitas dari alumni sampai 3 tahun di atas saya yang saya peroleh dari guru BK. Kami juga mempertimbangkan jumlah alumni yang diterima di jurusan dan kampus dari beberapa alternatif pilihan jurusan tadi, serta membandingkan nilai saya dan nilai teman-teman saya yang memilih jurusan yang sama. Dari berbagai pertimbangan dan riset yang ribet bin njelimet itu, akhirnya saya memutuskan untuk memasukkan pilihan FTSL ITB, SITH-R ITB, dan agroteknologi UNS untuk pendaftaran SNMPTN. Alhamdulillah, Allah ternyata izinkan saya untuk diterima di pilihan pertama pada pengumuman SNMPTN 3 bulan kemudian.

Kuliah di ITB diawali dengan tahap persiapan bersama atau TPB, yang dilaksanakan di semester satu dan semester dua. Mahasiswa baru ITB mengikuti pembelajaran mata kuliah dasar di satu tahun pertama sebagai mahasiswa fakultas. Kami baru akan memilih jurusan yang diinginkan ketika akan memasukki semester 3. Maka dari itu, di pendaftaran SNMPTN tidak ada pilihan jurusan Teknik Lingkungan ITB, tetapi adanya pilihan fakultasnya yakni fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB (FTSL).

Jujur saya dari awal masuk kuliah di FTSL, memang sudah berniat memilih TL. Diantara tiga jurusan di FTSL kampus Ganesha ITB, teknik lingkungan adalah jurusan yang paling sepi peminat. Sebagian besar teman saya memilih jurusan teknik sipil. Maka dari itu, saingan saya juga jadi sedikit. Dengan nilai yang pas-pasan saya bisa diterima di jurusan teknik lingkungan.

Yang paling saya senangi dan yang menjadi pertimbangan awal memilih jurusan teknik lingkungan adalah karena menurut saya TL merupakan jurusan yang ‘baik’. Mungkin memang saya tidak bisa jadi dokter yang menolong orang-orang sakit, tapi TL setidaknya punya sifat yang sama, dekat di masyarakat, memperhatikan kesehatan manusia, bahkan hewan, tumbuhan, dan lingkungan. Tidak kalah baik lah sama dokter-dokter itu. Dulu saya berekspektasi akan banyak ilmu per-TeeL-an yang bisa diterapkan di masyarakat. Ternyata ekspektasi saya terbukti. Ilmu TL memang dekat sekali dengan masyarakat, dan jika diseriuskan akan banyak masalah sosial yang bisa diselesaikan dengan ilmu TL.

Bagaimana perkuliahan di TL?

Di TL ITB akan banyak praktikumnya, tapi kampus lain juga sepertinya sama, sih. Karena banyak praktikum, maka banyak laporan. TL sendiri kemudian sampai berganti cerita jadi ‘Teknik Laporan’. Praktikumnya ada yang dilakukan di laboratorium, ada juga di lapangan. Misalnya praktikum perhitungan komposisi sampah, yang kami lakukan di TPS atau TPA setempat. Oh iya, FYI, di kampus saya TL ITB didominasi oleh kaum hawa sosialita, fashionista yang glowing-glowing (sayangnya saya tidak termasuk golongan mereka). Jadi bayangkan saja, teman-teman saya yang cantik-cantik bak selebgram itu harus berkutat ngubek-ngubek gerobak sampah. Iya seru banget, tapi baunya gak hilang sampai sepekan meskipun sudah mandi kembang tujuh rupa.

Foto saat kegiatan menghitung komposisi dan timbulan sampah (sampling) untuk tugas akhir

Kami juga sering dapat mata kuliah dengan tugas besar. Tugas besar ini harus dikerjakan bertahap selama satu semester, dengan check point tertentu setiap minggunya. Tugas besar biasanya akan dipresentasikan di akhir semester. Karena tugas-nya banyak (namanya juga tugas besar), jadi mengerjakannya berkelompok. Kami harus siap berkelompok sama siapa saja dan siap membagi waktu agar tidak jadi beban kelompok yang cuma numpang nama.

Secara umum saya dan teman-teman seangkatan di TL ITB seperti terbagi-bagi minatnya. Ada yang ke persampahan atau limbah padat, ada yang ke limbah cair, air minum, dan udara, walaupun sebenarnya tidak terbatas bidang itu saja. Bidang TL sangat luas, seperti yang sudah saya sampaikan di atas. Ada banyak hal yang bisa kami eksplor. Di S1 TL ITB, kebetulan tidak ada pemilihan kelompok keahlian lebih lanjut selama perkuliahan, kami mempelajari semuanya itu sampai tingkat akhir. Baru ketika menentukan topik untuk skripsi atau TA (tugas akhir) kami harus memilih satu bidang. Jadi kalau ada mata kuliah yang ga disukai, ya harus diterima saja, seperti saya. Saya sangat senang pelajaran pengelolaan persampahan, pokoknya yang berkaitan dengan limbah padat saya suka. Tapi saya lemah sekali di kuliah pencemaran udara. Tiap ada mata kuliah yang berhubungan dengan udara, nilai saya pasti C. Pas S2 juga ada mata kuliah yang sama, walaupun sudah saya pelajari di S1, tetap saja C (oiya saya langsung lanjut S2 di TL ITB juga, silahkan baca pengalaman saya di tulisan sebelah). Nasib memang, yaudah lah ya wkwk bisa lulus saja sudah sujud syukur alhamdulillah sampe bagi-bagi tumpeng ke tetangga.

Walaupun pelajaran yang bikin otak mengepul, tugas kuliah bejibun, dan laporan praktikum segunung, tapi saya banyak belajar bahwa ilmu TL itu ternyata sedekat itu sama hidup saya. Misalnya, saya belajar bahwa pengolahan air itu ribet, kompleks, tidak gampang dan tidak murah. Bagaimana air sungai yang coklat dan keruh, setelah melalui serangkaian pengolahan di PDAM bisa menjadi jernih dan bersih ketika keluar dari keran-keran kamar mandi kita. Mata air yang semakin kering dan hujan yang semakin jarang karena pemanasan global juga membuat saya berpikir bahwa air adalah aset berharga yang harus dihemat-hemat. Saya juga belajar bahwa pemerintah mengeluarkan uang yang sangat banyak sekali untuk hanya mengangkut sampah dari rumah-rumah kita menuju TPA. Semakin banyak sampah dihasilkan, semakin banyak kebutuhan lahan untuk dikonversi menjadi TPA, maka semakin sedikit lahan pertanian yang menjadi sumber pangan kita. Maka dari itu, saya dan keluarga saya mulai sedikit-sedikit mengurangi, memilah, mengolah atau mengomposkan sampah organik kami di rumah masing-masing. Dimulai dari hal-hal kecil, kami coba terapkan teori-teori yang sudah saya pelajari di kampus. Malu juga soalnya kalau cuma tahu ilmunya doang. Intinya begitu, saya suka dunia TL karena implementatif sekali dan dekat di masyarakat. Overall saya cukup menikmati pembelajaran saya di dunia per-TeeL-an ini. Semoga semakin banyak orangtua-orangtua dan guru-guru BK diluar sana yang menyarankan anak-anaknya untuk kuliah di jurusan ‘baik’ seperti jurusan teknik lingkungan.

--

--