Fast track ITB, Jalur Banter Kuliah Magister
Tahun 2021 adalah tahun yang cukup bersejarah bagi saya. Kalau memori di kehidupan saya jadi perpustakaan, maka buku yang isinya memori bulan Januari-April 2021 disimpan di kotak kaca dan diberi lampu-lampu. Alhamdulillah, akhirnya awal bulan April kemarin saya bisa menyelesaikan S2. Padahal ambil data tesis baru dikerjakan bulan Januari. Sedangkan uji laboratorium, analisis data, dan penulisan bab IV saya kebut setengah mampus dalam waktu tiga bulan.
Enam tahun yang lalu, bulan Agustus 2015, pertama kalinya saya masuk kuliah sebagai mahasiswa teknik lingkungan di ITB. Sejak lulus SMA, Bapak saya selalu ngomporin saya buat jadi dosen, agar saya siap-siap sekolah untuk waktu yang ga sebentar. Pas banget, ternyata di ITB ada fast track yang menawarkan program percepatan kuliah S1 dan S2 dalam lima tahun. Saya lupa sebenarnya pertama kali tahu adanya program ini dari mana. Tetapi kalau ga salah, saya sudah punya keinginan untuk daftar fast track dari semester awal-awal kuliah. Jadi apa sebenarnya program fast track ini?
Prosedur Pendaftaran dan Persyaratan
Mahasiswa sarjana semua jurusan di ITB bisa mendaftar program fast track di tingkat 3. Selanjutnya, mahasiswa fast track sudah dapat mengambil mata kuliah S2 mulai dari semester 6 atau semester 7 sebanyak rata-rata 6–12 SKS. Jadi tantangan yang pertama, mahasiswa fast track harus mengerjakan skripsi atau tugas akhirnya (TA) sambil nyicil ambil kelas S2. Yang ini lumayan tricky, apalagi kalau harus ambil data lapangan. Harus pintar-pintar mengatur jatah bolos, biar data TA aman, nilai mata kuliah juga aman. Selain itu, mahasiswa fast track harus bisa menyelesaikan S1-nya ontime atau harus lulus maksimal bulan Juli di tahun keempat perkuliahan. Kalau ga bisa lulus ontime bagaimana? Ya, program fast track-nya diberhentikan. Kalau masih berminat S2 di ITB harus daftar program magister lagi yang jalur reguler. Jadi topik tugas akhir adalah faktor yang perlu dipertimbangkan masak-masak sebelum memutuskan mendaftar program fast track. Begitu.
Cara daftarnya simpel banget, tinggal unduh formulir-formulir yang ada di http://www.sps.itb.ac.id/in/fastrack/, kemudian isi dan kumpulkan saja ke loket tata usaha jurusan. Ada persyaratan jumlah minimal SKS-nya buat daftar fast track ini. Tapi sebenarnya kalau setiap semester rata-rata ambil 20 SKS saja sudah aman kok. Untuk syarat nilainya minimal C dan NR 3,00. Tapi kalau ga salah, kemarin ada kasus teman saya yang NR-nya tidak memenuhi tapi bisa daftar fast track. Nah, kalau ini tergantung kebijakan dosen wali dan jurusan. Oh iya, di salah satu persyaratan juga ada dokumen persetujuan dan rekomendasi dari dosen wali, jadi harus minta tanda tangan dosen wali dulu. Semisal dosen wali menyetujui dan menganggap mahasiswa ini mampu, ya bisa saja di-acc, walaupun syarat nilainya kurang. Untuk persyaratan yang lain, silakan tanya lebih lanjut sama TU jurusan. Soalnya, masing-masing jurusan punya persyaratan dan kebijakannya sendiri-sendiri. Ada beberapa jurusan yang syarat NR-nya lebih tinggi dan syarat SKS yang lebih banyak. Termasuk kasus NR yang kurang tadi itu untuk jurusan saya saja di teknik lingkungan, belum tentu di jurusan lain juga bisa. Ketentuan lebih lanjut silakan googling SK Rektor ITB No. 081/SK/11.A/PP/2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Jalur Cepat Sarjana-Magister. Yang penting syarat utamanya menurut saya adalah masih semangat buat sekolah lagi aja sih yaa :D
Biaya Perkuliahan
FYI, SKS mata kuliah S2 yang sudah bisa diambil tadi itu ga bayar lagi ya guys, alias gratis. Mahasiswa fast track hanya membayar UKT per semester-nya saja seperti biasa. Jadi mata kuliah S2 ini dianggap seperti mata kuliah pilihan saja gitu. Nah, karena sudah mencicil SKS di semester akhir S1, SKS sisanya diambil di semester selanjutnya ketika sudah terdaftar sebagai mahasiswa program magister reguler dan bisa diselesaikan dalam waktu satu tahun. UKT untuk program magister ITB itu Rp13.500.000 per semester. Tapi, untuk mahasiswa fast track ada beasiswa voucher dari ITB yang membiayai UKT untuk satu tahun. Pendaftarannya kalau ga salah dibuka di bulan Juli. Salah satu persyaratannya yakni nanti kalau sudah mulai perkuliahan, penerima beasiswa harus bersedia jadi asisten mata kuliah, asisten dosen, atau asisten penelitian di jurusannya masing-masing. Beasiswa voucher ini ga hanya untuk mahasiswa fast track, mahasiswa magister reguler juga bisa mendaftar dan ada kuota penerimanya untuk masing-masing jurusan. Tapi, untuk mahasiswa program fast track, kalau dia memenuhi persyaratan administrasi pendaftaran beasiswa voucher hampir pasti dapat semua, walaupun jumlahnya melebihi kuota. Jadi UKT akan full gratis kalau bisa selesai dalam waktu satu tahun. Kalau lebih dari satu tahun juga ga apa-apa, tetapi UKT semester selanjutnya harus bayar sendiri, karena beasiswa voucher ini hanya berlaku satu tahun untuk mahasiswa fast track.
Apa Rasanya Jadi Anak Fast Track?
Kalau ditanya gimana rasanya kuliah S2 fast track, saya akan jawab sama saja seperti kuliah S1 kemarin. Gedung kuliahnya sama, ruangannya juga sama, dosennya sama, mata kuliahnya juga kurang lebih sama, bahkan ada dosen yang pakai slide materi dan soal ujian buat S1 (*eh). Oh iya, tadi kelewatan, jadi jurusan yang diambil di fast track ini harus linear sama jurusan S1-nya ya, ga bisa lintas jurusan. Jadi suasana kuliah-nya kurang lebih sama saja. Yang bikin beda adalah teman-temannya. Teman-teman se-jurusan yang somplak gokil abiez dan keadaan kelas yang ga jelas adalah hal yang paling saya rindukan di perkuliahan S2. Karena sudah S2, maka teman-temannya rata-rata sudah senior, ada yang om-om dan ibu-ibu, tapi banyak juga kok yang sebaya. Nah berhubung kami sudah nyicil mata kuliah di S1 kemarin, jadinya banyak mata kuliah yang malah sekelas sama angkatan di atas kami. Asik juga, saya jadi banyak bisa kenal orang dari mana-mana dan dengar banyak cerita tentang kesibukan serta pekerjaan mereka sebelum memutuskan buat lanjut kuliah lagi.
Tantangan yang lain adalah, kami harus segera mengerjakan tesis di akhir tahun. Baru masuk harus sudah nesis lagi, harus segera cari-cari judul, dan kalau bisa satu semester sudah selesai tuh penelitiannya biar ga bayar UKT lagi. Padahal TA baru selesai, capeknya saja belum hilang hiks … Yang saya maksud ‘kami’ di sini adalah saya dan teman-teman seangkatan saya dari S1 TL angkatan 2015 yang juga lanjut fast track. Saya termasuk yang meleset waktu lulusnya. Seharusnya paling lambat saya harus wisuda S2 bulan Oktober 2020 kemarin. Tetapi untungnya, ada kebijakan pembebasan biaya UKT dari kampus untuk mahasiswa yang penelitian tesis atau tugas akhirnya terdampak pandemi Covid-19 dan mengambil 0 SKS di semester ganjil 2020/2021 (Agustus-Desember 2020). Alhamdulillah saya bisa dapat tambahan satu semester gratis buat nesis. Eh, tapi ternyata satu semester juga masih kurang, jadinya saya nambah dan bayar UKT sendiri untuk setengah semester lagi. Jadilah saya baru lulus bulan April kemarin ini.
Hal yang paling menyenangkan jadi anak fast track adalah saya ga harus bingung kalau ada yang tanya setelah lulus S1 mau ngapain. Saya juga masih bisa extend ikut kegiatan kemahasiswaan di kampus, ketemu adik-adik di himpunan dan unit-unit. Beneran ga kerasa kalau sebenarnya sedang kuliah S2, karena atmosfernya sama saja. Kerasanya baru ketika sedang nugas atau ujian. Ternyata S2 susah juga ya haha :”)
Yang paling ga enak juga menurut saya, saya merasa kesepian dan seperti belum punya pengalaman apapun T_T. Ketika teman-teman seangkatan sudah meninggalkan kampus, sudah kerja kemana-mana bahkan ada yang sudah menikah, saya masih saja di kampus sini. Belum lagi memikirkan kalau sudah lulus. Saya harus bersaing dengan fresh graduate untuk mencari pekerjaan, atau bersaing dengan para senior yang sudah berpengalaman kalau mau sekolah S3. Tapi overall saya sangat menikmati status saya sebagai mahasiswa fast track kemarin. Untuk teman-teman yang punya keinginan jadi dosen atau akademisi, tidak ada salahnya untuk daftar fast track dan melanjutkan pendidikan magister di ITB lagi. Sangat menghemat waktu dan menghemat biaya banget.
Kapan lagi kan umur 23 tahun sudah dapat gelar S.T., M.T. (baca: SanTuy ManTuy)